KESENIAN SITUBONDO YANG TAK PADAM OLEH MODERNISASI
Kesenian merupakan salah satu warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Sayangnya di era modern saat ini beberapa kesenian padam. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Banyaknya kesenian baru dan diadaptasi dari budaya barat membuat beberapa kesenian lokal meredup. Terlebih lagi kini banyak anak muda yang lebih menyukai sajian kesenian dari luar Indonesia. Meski begitu, beberapa seniman yang berasal dari kota seni tak berhenti untuk mengajak anak muda agar lebih menggemari dan melestarikan kesenian daerah.
Salah satu daerah yang masih melestarikan sejumlah kesenian tradisional ialah Situbondo. Kabupaten Situbondo bila dilihat dari peta petani nya berada di Provinsi Jawa Timur. Berada di provinsi yang terkenal dengan modernisasi lantas tak membuat kota tersebut melupakan kekayaan berupa kesenian. Terbukti hingga kini Anda masih dapat menjumpai beberapa kesenian asal Situbondo yang digelar. Agar tidak penasaran, berikut adalah beberapa kesenian yang berasal dari Kabupaten Situbondo yang tidak padam oleh modernisasi.
1. MUSIK TONGTONG
Musik tongtong yang terdapat di Kabupaten Situbondo Jawa Timur sebenarnya tidak terlepas dari kesamaan budaya masyarakat Situbondo dengan masyarakat asli pulau Madura. Dimana pada abad ke-18 kemerosotan kondisi sosial dan ekonomi di Madura memicu emigrasi besar-besaran. Salah satu tempat tujuan emigrasi adalah daerah pesisir utara ujung timur Pulau Jawa seperti Situbondo, Probolinggo, Bondowoso dan Jember. Musik tradisional seperti tongtong merupakan aspek kebudayaan yang tidak lepas dari masyarakat pendukungnya. Musik apapun tidak akan dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya dukungan yang baik dari masyarakat pendukungnya. Karena tidak mungkin suatu bentuk kesenian itu ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat tertentu tanpa memiliki fungsi dan peranan yang berarti bagi masyarakat tersebut. Seperti yang diungkapkan Khayam (1981: 38) bahwa: “Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat, sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan itu sendiri”.
2. TRADISI OJHUNG
Tradisi Ojung adalah Tradisi saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan ini dimainkan oleh dua orang. Kedua peserta Ojung saling bergantian memukul tubuh lawannya. Jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis dan menghindar. “Tradisi ini merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh kepala desa yang bertujuan untuk menghindari bencana alam, dihindari cari carok, sebab kalau Ojung tidak diadakan setiap tahunnya selalu terjadi carok” ujar sesepuh adat.
3. PETIK LAUT
Ritual ini yang selalu dinantikan dan rutin dilakukan dikalangan komunitas nelayan, termasuk nelayan petik laut di Desa Kilen Sari, Kecamatan Panarukan. Upacara ritual yang selalu dipadati ribuan warga nelayan tersebut merupakan acara puncak. Ada pemutaran film, pentas seni, pementasan musik gambus, orkes dangdut, dan tari gandrung banyuwangi. Ada juga Pengajian dan berbagai lomba untuk masyarakat nelayan. seperti renang bebas, domino, catur, tari, tarik tambang, dan panjat pinang.
Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam, namun yang paling menonjol adalah kepala sapi. Sebelum dilarung, sesaji itu telah melalui serangkaian ritual. Perahu sesaji diturunkan kelaut beramai-ramai kemudian dilarung ketengah dan ditenggelamkan. Sekretaris Panitia Petik Laut menambahkan “petik laut untuk melestarikan budaya bangsa”. Sumberdananya berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung. “Ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan kilensari,” ungkapnya. Membuang sesaji ketengah laut diyakini warga nelayan khususnya warga kilensari akan membawa keselamatan bagi Nelayan.
Tari Tanah Biru merupakan tarian khas Situbondo yang menggambarkan kabupaten yang terletak di pantai utara pulau jawa dengan laut biru, perkebunan tebu, tembakau dan hutan.
Tari Remo Trisnawati merupakan tarian khas daerah Situbondo, yang biasa ditampilkan sebagai tarian pembuka. Tarian ini menceritakan tentang seorang wanita yang mandiri, mempunyai karakter yang tegas namun tetap lembut. Ragam geraknya yang indah, lincah dan dinamis merupakan perpaduan dari ragam gerak tari daerah Madura, Banyuwangi, dan Situbondo.
Klik disini untuk melihat contoh videonya :
Tari Remo Trisnawati
Inti kegiatan petik laut adalah saat pelarungan sesaji ke tengah laut, sesaji itu disatukan dalam sebuah perahu kecil. Isinya macam-macam, namun yang paling menonjol adalah kepala sapi. Sebelum dilarung, sesaji itu telah melalui serangkaian ritual. Perahu sesaji diturunkan kelaut beramai-ramai kemudian dilarung ketengah dan ditenggelamkan. Sekretaris Panitia Petik Laut menambahkan “petik laut untuk melestarikan budaya bangsa”. Sumberdananya berasal dari swadaya murni masyarakat nelayan. Mulai sumbangan dari pemilik perahu, kapal selerek, porsen, gandrung, dan kapal jurung. “Ditambah partisipasi dari pengusaha, masyarakat umum kilensari, instansi terkait, serta semua nelayan kilensari,” ungkapnya. Membuang sesaji ketengah laut diyakini warga nelayan khususnya warga kilensari akan membawa keselamatan bagi Nelayan.
4. Tari Tanah Biru
5. Tari Remo Trisnawati
Klik disini untuk melihat contoh videonya :
Tari Remo Trisnawati
0 komentar:
Posting Komentar