Peninggalan Sejarah Di Situbondo

PENINGGALAN SEJARAH DI STIUBONDO

Kabupaten Situbondo tak hanya terkenal dengan Wisata Alam, Makanan Khas, Wisata Religi, Batik Situbondo serta Kesenian yang berada di Kabupaten Situbondo, tetapi Situbobndo juga terkenal dengan adanya peninggalan sejarah yang ada pada masa Belanda. situs-situs peninggalan sejarah di Situbondo cukup banyak. Karena itu, sangat disayangkan jika kekayaan sejarah yang dimiliki Kota Santri tidak dilestarikan. Bupati Situbondo menilai, perlu ada keseriusan dari semua pihak untuk menjaga dan melestarikannya. Penasaran kan apa saja peninggalan sejarah di Kota Situbondo? Nah berikut beberapa peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Situbondo:

1. MONUMEN TUGU PENINGGALAN PORTUGIS

Tugu ini berada di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Letaknya di sisi timur Sungai Sampeyan, Dusun Peleyan Barat, Desa Peleyan, Panarukan. Tugu peninggalan Portugis ini setidaknya memiliki tinggi sekitar 3 meter yang berada di belakang rumah warga dan cukup tersebunyi. Bentuknya yang lancip dipercaya sebagai satu–satunya peninggalan Portugis yang berada di Kabupaten Situbondo.

Tugu ini juga sering dikunjungi oleh para wisatawan lokal, baik pengunjung dari Surabaya bahkan Jakarta. Untuk mengunjungi tempat ini jangan harap untuk para wisatawan dengan mudah mendapatkan papan penunjuk jalan ketempat tersebut. Alangkah lebih baiknya bisa bertanya ke warga sekitar. Tempatnya juga tidak terlalu jauh dari monumen 1000 km Anyer–Panurakan. Namun yang memprihatikan, tugu peninggalan Portugis ini sudah tidah terawat lagi. Beberapa bagian luar tugu sudah mulai mengelupas atau bahkan bopeng akibat tidak ada perawatan dari warga sekitar.

Sejarawan dari Universitas Negeri Jember, Edy Burhan Arifin memaparkan bahwa tugu ini adalah satu–satunya peninggalan yang tersisa di Panarukan. Sejarah mencatat bahwa dahulu Portugis datang ke Indonesia dan mendirikan bandar dagang di sisi timur sungai sampai abad ke-16. Sungai Sampeyan sendiri merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang berada di Kabupaten Situbondo yang bermuara langsung ke Pantai Panarukan.

Pelabuhan Panarukan dulu juga menjadi satu-satunya pelabuhan besar di ujung timur Jawa. Panarukan sudah dikenal sejak era Majapahit. Puncaknya, ketika Raja Hayam Wuruk memilih Panarukan sebagai tempat pertemuannya dengan raja-raja dari timur.

Selain membangun bandar ekonominya di Pelabuhan Panarukan, Portugis menjadikan Panarukan sebagai pusat misionaris di ujung timur Jawa. Sejumlah gereja Katolik sempat didirikan di daerah yang dulunya pusat Kerajaan Blambangan ini. Karena ada ekspansi Islam dan perebutan kekuasaan, gereja-gereja tua akhirnya dihancurkan.

Tugu Peninggalan Portugis ini merupakan aset berharga peninggal masa penjajah yang perlu dijaga dan dilestarikan. Paling penting harus bisa kita sampaikan ke para generasi muda masa depan Indonesia bahwa kita dulu pernah berada di masa sangat suram, jangan sampai jatuh di lubang yang sama. 

2. MONUMEN PATUNG LETNAN NIDIN DAN LETNAN SOERNANDI

Monumen patung Letnan Nidin dan Letnan Soenardi merupakan pemanis bagi pejalan kaki dan  pengendara bermotor bagi siapa saja yang melihatnya. Patung Letnan Nidin dan Letnan Soenardi harusnya menjadi representasi simbol bagi penyemangat anak muda. Patung ini berada di depan Primkopad Kodim 0823 di Jalan PB. Sudirman, Situbondo. Desain patung ini Letnan Nidin sedang menatap ke arah angin dan Letnan Soenardi sedang meratap ke depan seolah nampak melihat ke pengguna jalan.

Letnan I Soenardi (22 tahun) Perwira Siasat Batalyon 5 Resimen 40 Gugur Tanggal 21 Juli 1947 di Wringin Anom. Letnan I Nidin Sastro Prayitno (22 tahun) Komandan Seksi Gabungan Anggota Batalyon 5 dan Anggota Kelaskaran Gugur Tanggal 31 Agustus 1947 di Gladak Dualem Arjasa Situbondo.

Perjuangan Letnan I Soenardi dan Letnan I Nidin Sastro Prayitno dimulai sejak bulan Juli sampai Agustus 1947. Mengutip Dari Mariam Laila S, dalam skripsinya yang berjudul Laskar Sabilillah Pada Agresi Militer Belanda 1 Di Situbondo menjelaskan bahwa sejarah agres militer Belanda diakibatkan karena ambisi Belanda yang ingin merebut kembali tanah Indonesia. Hal ini yang kemudian membuat para Laskar Sabillilah yang didominasi para ulama’ dan kyai geram melihat tingkah penjajah Belanda. Ditambah dengan keikutsertaan BKR atau yang dikenal hari ini dengan TNI membuat sinergitas antar keduanya semakin membara demi mempertahankan kemerdekaan negara. Keikutsertaan TNI yang melibatkan Letnan Soenardi dan Letnan Nidin semakin tak terelakkan, perjuangan demi perjuangan dilakukan demi mempertahankan kemerdekaan negara. Namun waktu menandirkan keduanya gugur di tengah kemelut memperjuangakan kemerdekaan. Air mata dengan darah adalah saksi pengorbanan mereka di tanah Situbondo.

Tanah, rumput, dan senjata adalah makna nyata bagaimana Letnan Soenardi dan Letnan Nidin bersibaku memperjuangkan kemerdekaan di tanah Situbondo. Pembelajaran paling berharga yakni perjuangan haruslah dikenang. Meski hari ini keduanya hanya sebatas patung di pinggiran jalan PB Sudirman, tetapi nyatanya merah perjuangannya selalu menjadi panutan. Bukankah kita juga harus meniru hal baik itu? Nah, itu tergantung kalian!

Sumber : https://www.brilio.net/creator/3-monumen-perjuangan-di-situbondo-ini-bikin-makin-cinta-pada-pahlawan-6f4e6d.html#

3. GOA JEPANG

Gua Jepang ini merupakan ini salah satu saksi sejarah bahwa ditempat ini ( Taman Nasional Baluran ) pernah terjadi pertempuran sengit antara tentera republik Indonesia dengan tentara republik Jepang. Karena kekuatan yang tidak seimbang banyak tentara republik Indonesia yang gugur sehingga tempat ini disebut Batangan. Gua Jepang yang memiliki luas sekitar 12 m2 ini terbagi atas 2 ruangan. Ruangan bagian utara yang dipergunakan sebagai tempat menyimpan amunisi, sedangkan ruangan bagian selatan berfungsi sebagai celah pengintai musuh.

Keunikan yang ada di tempat ini adalah hal hal mistis yang kadang dialami masyarakat. Tak jarang warga Dusun Batangan, Desa Wonorejo mendengar suara mistis berupa suara gaduh dengan Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan Bahasa Jepang. Terakhir kali saya menunjungi tempat ini saat saya masih kelas 6 SD, pada waktu itu saya sempat masuk ke dalam goa namun tidak sampai dalam karena di dalam sangat gelap dan saya tidak membawa senter.
Nilai sejarah yang dimiliki tempat ini sangat erat dengan perjuangan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Namun perlu disayangkan karena tempat ini kurang memperlihatkan bahwa terdapat tempat bersejarah, banyak pengunjung yang melewatkan tempat ini. Andai saja tempat ini terpublikasi di dalam tiket masuk TN Baluran, mungkin setidaknya pengunjung tahu bahwa di kawasan ini terdapat bagunan bersejarah.

4. STASIUN KERETA API SITUBONDO

Stasiun Situbondo (SIT) merupakan stasiun kereta api nonaktif kelas I yang terletak di Sumberkolak, Panarukan, Situbondo. Stasiun yang terletak pada ketinggian +30 meter ini termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember. Pada saat stasiun ini aktif, stasiun ini memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus, serta memiliki gudang dan dua sepur simpan.

Stasiun ini mulai beroperasi bersamaan dengan selesainya jalur kereta api Kalisat–Panarukan pada tanggal 1 Oktober 1897. Jalur ini merupakan segmen terakhir dari megaproyek jalur kereta api Probolinggo–Panarukan yang konsesinya keluar pada 23 Juni 1893.

Anehnya, ada beberapa informasi yang menjelaskan bahwa stasiun ini dahulu diberi nama Sumberkolak oleh SS. Pada saat beroperasinya Pabrik Gula Panji, dibangunlah percabangan dari stasiun Sumberkolak menuju pabrik gula tersebut dan dibangun stasiun yang diberi nama Stasiun Situbondo (kemudian oleh DKA dinamai Situbondo Gudang) yang terletak 1 km di sebelah timur laut Stasiun Sumberkolak. Percabangan ini dibuka pada tanggal 1 Mei 1912. Tetapi sejak tahun 1965 percabangan ini dinonaktifkan. Jalur tersebut dahulu digunakan untuk mengangkut tebu dari Pabrik Gula Panji.

Menjelang nonaktif, stasiun ini dahulu hanya dilayani oleh kereta api lokal Jember–Panarukan p.p. Sering ditarik lokomotif diesel hidraulik produksi Henschel (BB303 dan BB306), serta membawa tiga unit kereta penumpang ekonomi non-AC. Kereta penumpang ini dahulu difungsikan untuk mengumpan penumpang dari pelosok Situbondo menuju Stasiun Jember. Stasiun ini dinonaktifkan penuh pada tahun 2004 oleh PT KA beserta jalur dan seluruh layanannya karena prasarana yang tua dan kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum.

Walaupun wacana reaktivasi ini terus digaungkan untuk jalur Kalisat–Panarukan, sampai detik ini tidak ada tanda-tanda jalur ini dibangun lagi. Bangunan stasiun masih utuh, sedangkan emplasemen stasiun ini kini berubah menjadi padang rumput.

0 komentar:

Posting Komentar